Rabu, 20 Mei 2009

ALUTSISTA vs Mobil Dinas

Hari ini saya sekeluarga merencanakan perjalanan ke Surabaya. Pagi sebelum berangkat ke Soekarno-Hatta melihat Breaking News tayangan di televisi tentang jatuhnya pesawat Hercules TNI AU di Magetan, Jawa Timur membuat perasaan menjadi sedih dan berduka. Sepertinya kejadian kecelakaan pesawat yang baru terjadi di Bandung masih menyisakan duka yang belum surut, kecelakaan baru terjadi kembali.

Walaupun saya terburu-buru mau berangkat ke airport, sempat saya dengar korban meninggal lebih dari 90 orang dan sebagian warga sipil. Pesawat tersebut sempat menabrak rumah warga dan menimbulkan korban jiwa dari warga. Sempat terlintas di benak saya, apakah ada rekan-rekan dari SMA ku yang ada di pesawat tersebut?
Belum disebutkan di berita tersebut apa penyebab pasti dari kecelakaan itu. Namun pembaca berita sempat membacakan tentang usia pesawat yang sudah tua dan anggaran pertahanan negara yang minim dan dikurangi oleh pemerintah disinyalir menjadi salah satu penyebab berbagai kecelakaan pesawat militer yang terjadi akhir-akhir ini.
Teringat diskusi di milis beberapa saat yang lalu tentang minimnya anggaran pertahanan Negara RI dibanding negara-negara lainnya, menyebabkan alutsista yang dimiliki RI terasa sangat kurang dan ketinggalan dibanding negara tetangganya. Ketidakmampuan RI dalam membeli alutsista yang canggih dan pemenuhan anggaran pertahanan yang tidak sebanding dengan luas wilayah yang harus dilindungi ini diamini oleh seluruh anggota milis. Bahkan ada juga milister yang menceritakan tentang kesejahteraan prajurit yang sangat memprihatinkan, sehingga seorang militer tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya dari gajinya sebagai seorang tentara dan harus “ngobyek” untuk bisa hidup layak.

Namun, pada saat tiba di Bandara Juanda selepas mengambil bagasi dan akan menyeberang ke lapangan parkir, saya tertegun dan berhenti sesaat ketika melihat ada mobil mewah yang terparkir di tempat penjemputan VIP yang bermerk JAGUAR……….Ya JAGUAR kawan-kawan. Bukannya saya belum pernah melihat mobil bermerk JAGUAR sebelumnya. Bahkan saya bersyukur, saya termasuk dalam segelintir orang di Indonesia yang pernah naik JAGUAR, walaupun waktu itu cuman nebeng mobil atasan saya.

Kalau dilihat dari lintasan tempat mobil mewah tersebut diparkir, mobil tersebut harusnya hanya berhenti sementara, namun yang saya lihat tempat duduk sopir di mobil tersebut kosong. Dan kelihatannya mobil tersebut sudah berhenti cukup lama di tempatnya, jika dilihat dari antrian mobil yang panjang di belakangnya.

Namun yang membuat saya tertegun dan merasa ada perasaan yang aneh dan agak bingung adalah mobil tersebut berplat nomer MILITER TNI AU……..Yap TNI AU kawan-kawan ………dengan bintang 2 yang ada di atas plat nomer tersebut membuat saya berpikir, kalau bintang 2 nya aja mobil dinasnya JAGUAR gimana yang bintang 4 yach? Ini anggaran pertahanan yang kurang atau penggunaan anggaran yang tidak tepat?
Prajurit yang harus “ngobyek” untuk bertahan hidup, sementara perwira tingginya menjadi “obyek” dengan mengendarai mobil dinas mewah.


Sempat terpikir mungkin mobil mewah tersebut adalah kendaraan milik pribadi sang Jendral yang diberi plat nomer dinas. Tapi bukankah itu juga merupakan pelanggaran. Yang walaupun terkesan remeh namun mobil tersebut diparkir di Bandara umum yang juga dilihat oleh masyarakat umum.
Sungguh tak elok nian perilaku petinggi TNI tersebut jika kendaraan tersebut merupakan kendaraan pribadi.

Teringat kembali tentang jatuhnya pesawat di Bandung & Magetan.
Teringat kembali tentang alutsista RI yang makin ketinggalan.
Teringat kembali tentang prajurit TNI yang “ngobyek”.
Teringat kembali tentang “pemberontakan” prajurit TNI dengan atasannya di Papua
Aaaaaccchhhh INDONESIA-ku.







Parkir Motor Polisi di trotoar depan KOMDAK

Banyak harapan yang kita sematkan pada kepolisian negara kita. Bahkan terkadang harapan tersebut terasa berlebihan akan bisa dipenuhi oleh lembaga penegak hukum tersebut. Namun selaku pemegang kewenangan dalam penegakan aturan dan disiplin berlalu lintas, tidak berlebihan kiranya kita berharap rekan-rekan aparat kepolisian bisa memberikan contoh dan bertindak sebagai role model di masyarakat.

Namun yang saya temui tiap pagi saat berangkat kerja, ketika turun dari kendaraan umum di depan KOMDAK (Polda Metro Jaya) merupakan contoh buruk aparat kepolisian yang ditampakkan secara nyata setiap pagi di hadapan ribuan masyarakat yang melewatinya


Terus terang parkir motor ini selain menyita hak pejalan kaki yang melewati trotoar tersebut, juga menambah semrawut tempat tersebut yang setiap hari dilewati oleh ribuan orang dan makin mencoreng wajah kepolisian kita di mata masyarakat.

Lah ngelanggar aturan kok di halaman depan rumah sendiri

Apakah tempat parkir motor di KOMDAK sudah sedemikian sempitnya sehingga para Polisi ini memarkir kendaraan roda 2 nya di trotoar?

Atau apakah para Polisi tersebut “tidak mampu” membayar parkir motor di KOMDAK yang konon tarifnya seperti Mal dan gedung perkantoran?

Tapi mbok ya jangan dipertontonkan tiap pagi di depan masyarakat gitu ach!

Tak Elok jadinya!